Bersatu hingga Pisahnya Kabupaten Sampang dan Pamekasan

Avatar
Gapuro masuk Kabupaten Sampang disisi timur dan Gapuro masuk Kabupaten Pamekasan yang dulu dikenal dengan Pamelingan dari sisi barat, (Foto: Jamaluddin).

Pensil Madura.com – Sampang dan Pamekasan sebagaimana diketahui merupakan dua Kabupaten yang berada di Pulau Madura atau Pulau Garam.

Kedua wilayah Kabupaten ini, saling berdekatan, meski demikian Sampang dan Pamekasan mempunyai letak geografis yang berbeda.

Kabupaten Sampang, terletak di antara 113º08′ hingga 113º39′ Bujur Timur dan 06º05′ hingga 07º13′ Lintang Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Sampang, di 1.233,33 kilometer persegi dan terbagi menjadi 14 kecamatan dan 180 desa dan 6 kelurahan.

Kabupaten ini memiliki satu pulau yang terpisah dari daratan, yaitu Pulau Mandangin atau Pulau Kambing.

Sedang wilayah Kabupaten Pamekasan, dilihat dari sisi astronomis berada pada 6°51′ – 7°31′ Lintang Selatan dan 113°19′ – 113°58′ Bujur Timur.

Luas Kabupaten Pamekasan 792,30 kilometer persegi. Secara administratif, Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi 13 kecamatan, 11 kelurahan dan 178 desa.

Kembali kepembahasan awal, menurut dari catatan sejarah, Kabupaten Sampang dan Pamekasan dulu berada dibawah kekuasaan seoarang bernama Adipati Pramono.

Berkuasanya Adipati Pramono, belum diketahui pasti. Namun pula di sebutkan sekitar tahun 1530 Masehi.

Silsilah Adipati Pramono ini, tidak terlepas dari Kerajaan Majapahit, konon Kerajaan Majapahit hampir menguasai seluruh nusantara termasuk Madura.

Pada masa Majapahit tersebut, di Kabupaten Sampang ditempatkan seorang Kamituwo yang pangkatnya sebagai patih.

Kamituwo artinya jabatan administrasi dalam sistem pemerintahan desa di tradisi Jawa yang bertugas memimpin dan mengorganisasi wilayah bagian desa yang lebih kecil.

Ketika Majapahit mundur, di Sampang berkuasa Ario Lembu Petteng atau terkenal dengan sebutan Bondan Kejawan atau Ki Ageng Tarub II.

Beliau adalah putera dari Raja Majapahit Prabu Bhre Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V dengan istrinya yang bernama Rato Dworowati yang berasal dari Champa.

Berawal dari Raden Ario Lembu Petteng inilah yang kemudian menurunkan raja-raja di Sampang, bahkan di seluruh Madura.

Pemerintahan Ario Lembu Petteng tidak berlangsung lama, karena ia lebih memilih menjadi santri Sunan Ampel di Gresik.

Setelah Ario Lembu Petteng menetap di Ampel Surabaya, kedudukan kamituwo di Madegan Sampang diserahkan kepada keturunannya.

Putra sulungnya bernama Raden Ario Menger sebagai kamituwo kedua, Raden Ario Pratikel sebagai kamituwo ketiga, dan Raden ario Pojok sebagai kamituwo keempat atau terakhir.

Kabupaten Sampang dan Pamekasan Bersatu

Setelah masa pemeritahan desa dengan kamituwo sebagai pemimpinnya yang berpusat di Madegan Sampang berakhir, pemerintahan di Sampang diperluas menjadi Pemerintahan Daerah yang dipimpin oeh seorang Penguasa Daerah dengan gelar Adipati.

Daerah Sampang pertama kali dipimpin oleh Adipati Pramono putra tertua dari Kiyai Demong, atau cucu dari Raden Ario Pojok, kamituwo keempat/terakhir di Madegan, Sampang.

Adipati Pramono menikah dengan putri Banu, puteri dari Kiyai Wonorono Raja Pamelingan (Pamekasan). Kyai Wonorono alias Ario Menger ini juga keturunan dari Lembu Petteng.

Disaat itulah, selain menjadi penguasa Sampang, Adipati Pramono juga menjadi penguasa Pamekasan, sehingga Sampang dan Pamekasan disatukan.

Menjadi Rato (Bahasa Madura) Adipati Pramono dikenal oleh masyarakat sebagai raja penganut Islam yang taat.

Masjid Madegan salah satu bukti peninggalan Adipati Pramono dalam mensyiarkan agama Islam di Madura.

Terpisahnya Kabupaten Sampang dan Pamekasan

Setalah wafatnya Adipati Pramono, pemerintah diteruskan oleh putranya yang bernama Pangeran Nugeroho.

Ia atau Pangeran Nugeroho diberi gelar Pangeran Bonorogo yang pada saat itu berkedudukan di Pamekasan.

Pangeran Bonorogo mempunyai keturunan antara lain adipati Pamadegan dan Ronggosukowati.

Sepeninggal Pangeran Bonorogo, terjadi pemisahan kekuasaan antara Sampang dan Pamekasan.

Dimana Sampang dipimpin oleh Adipati Pamedegan sedangkan Pamekasan dipimpin Adipati Ario Sena atau Ronggosukowati.

Setelah kepemimpinan Adipati Madegan, Sampang dipimpin Adipati Mertosari cucu Adipati Pramono.

Adipati Mertosari merupakan pemimpin ke Lima atau terakhir di Sampang sebelum terjadinya invasi Mataram ke Madura.

Dikutip dari halaman Kebudayaan Kemdikbud. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *