Pensil Madura.com – Ayam jago Panji Laras dikisahkan tak seperti ayam pada umumnya.
Konon ayam jago Panji Laras, mempunyai kehebatan magis yang luar biasa.
Ayam Panji Laras saat di adu tidak pernah mengalami kekalahan, bahkan berkokoknya seperti orang berbicara.
Panji Laras memiliki ayam jago, sejak dirinya berumur 10 tahun.
Kala itu dirinya melihat seekor burung elang berputar-putar diatas rumahnya, sembari mencekram telur.
Kemudian, burung elang itu, turun dan memberikan telur ayam itu ke Panji Laras.
Burung elang berkata Panji Laras harus menjaga telur tersebut, karena kelak akan menolongnya.
Panji Laras pun bingung, karena dirinya tak mempunyai ayam untuk mengerami telur itu.
Lalu Panji Laras menceritakan kepada ibunya yang bernama Timun Emas atau Centil Kuning.
Ibu Panji Laras awalnya pun juga merasa kebingungan, namun seakan mendapat ilham, telur tersebut dieramkan pada lilitan ular.
Sekian hari menunggu, akhirnya telur ayam yang dieramkan ke lilitan ular menetas dan diberi nama Cindi Laras.
Kehebatan Ayam jago Panji Laras yang tak terkalahkan nyampek ke telinga raja Jayengnoro, penguasa saat itu.
Penasaran dengan ayam jago Panji Laras, sang Raja memerintahkan prajuritnya untuk memanggil Panji Laras.
Adu ayam pun terjadi antara milik Panji Laras dan sang Raja.
Karuan saja, ayam jago sang Raja kalah dan merasa kecewa. Raja pun memanggil Panji Laras dan bertanya asal-usul Panji Laras.
Setelah Panji Laras menjelaskan tentang asal-usulnya, sang Raja pun menyadari jika Panji Laras merupakan anaknya.
Dari situ, ibu dan nenek Panji Laras serta Panji Laras di bawa ke istana oleh sang Raja. Hidupnya pun berubah tidak kesusahan lagi.
Awalnya, ayahanda dan ibu Panji Laras bertemu, saat Raja Jayengnoro berburu binatang dihutan. Dan Raja tersesat di hutan.
Kemudian raja melihat sebuah gubuk yang dihuni oleh seorang nenek dan gadis yang amat cantik, dia bernama Timun Emas atau Centil Kuning.
Terpesona dengan kecantikan Centil Kuning, lalu sang raja mempersuntingnya, berjalannya waktu Centil Kuning hamil.
Diusia Tiga bulan ke hamilan Centil Kuning, raja berpamitan untuk kembali ke istana untuk mengurus rakyatnya.
Akan tetapi sang Raja tak kunjung kembali hingga Centil Kuning melahirkan bayi laki-laki dan diberi nama Panji Laras.
Kembali dimuka, selanjutnya, setelah Panji Laras berkumpul kembali dengan ayahandanya, Panji Laras berpamitan kepada ayahanda dan ibunya untuk belajar agama islam.
Bertahun-tahun belajar agama islam, Panji Laras diutus oleh gurunya untuk menyebarkan ajaran agama islam ke Pulau Madura.
Panji Laras menuju Pulau Madura juga membawa Cindi Laras ayam jagonya untuk dijadikan Media dakwah.
Ceritanya, setiap ayam jago yang diadu dengan Cindi Laras, pasti Cindi Laras yang menang dan pemilik ayam jago yang kalah harus memeluk agama islam.
Perjalanan Panji Laras menyebarkan agama islam di Madura penuh dengan lika-liku.
Hingga suatu hari Panji Laras tiba di Kampung Madegan, Polagan, Sampang. Dirinya menetap dan wafat di Kampung Madegan.
Sampai saat ini, makam Panji Laras masih terjaga dan menjadi situs sejarah di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
Di pasarean Panji Laras di Madegan, Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Madura, terdapat surau yang diyakini tempat Panji Laras mengajar.
Selain surau juga ada sumur, batu andesit, jejak kaki ayam, tempat sabung ayam, pijakan kaki kuda dan berbagai batu yang identik dengan bangunan khas hindu.
Kisah Panji Laras banyak versi. Bahkan pesarean Panji Laras juga terdapat disemjumlah daerah.
Namun, informasi yang dihimpun, pesarean Panji Laras yang berada di Kampung Madegan, Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, Madura, Jawa Timur, mendekati kebenaran. (Wallahua’llam).