Pensil Madura.com – Pulau Madura berada dibagian Timur pulau Jawa. Luas Madura kurang lebih 5.379 km².
Dipulau Madura terdiri dari Empat Kabupaten, diantaranya Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
Populasi suku Madura sekitar 7,1 juta jiwa berada di urutan ketiga penduduk terbesar di Indonesia.
Keyakinan yang dianut suku Madura mayoritas beragama Islam. Tipikal orang Madura, pekerja keras.
Suku Madura selalu menjaga kekompakan, kerukunan dan tali persaudaraan dimanapun bertempat tinggal.
Prinsip sosial suku Madura menjunjung tinggi sopan santun atau dalam bahasa maduranya tengka.
Ulasan tentang suku Madura, dalam history ditemui perbedaan pendapat. Meski demikian, masih terdapat kemiripan.
Suku Madura, dari sumber yang dominan, disebutkan berasal dari bangsa berkebudayaan Neolitik.
Dalam pengertiannya Neolitik ialah zaman batu, dimana penduduknya mampu bercocok tanam.
Bangsa berkebudayaan Neolitik ini, bermigrasi dari arah utara dan singgah di pulau Madura, sekitar 2000 tahun sebelum masehi.
Hal itu dampak dari pesatnya kerajaan-kerajaan Cina. Sehingga memperluas pengaruhnya ke arah selatan.
Dari perpindahan tersebut, lahir yang namanya bangsa Proto Melayu. Bermukim di Wilayah Indocina, Burma dan Siam.
Lalu, kelompok bangsa-bangsa tersebut mengalami cerai berai, kemudian sebagian kelompok terus pergi kearah selatan.
Singkatnya, sekian lama melakukan perjalanan, kelompok tersebut tiba di bumi Nusantara termasuk Pulau Madura.
Selanjutnya mereka menetap di Pulau Madura dan dikatakan sebagai nenek moyang suku Madura.
Dari penelitian sejarah, belum diketahui pasti apakah kedatangan bangsa Neolitik dijumpai penduduk asli nusantara.
Namun, bahasa yang digunakan bangsa Neolitik, berbeda dengan bangsa lainnya. Mereka mengenal konsonan rangkap.
Seperti halnya, kerrong, cacca, daddi, bine, ella, dan kata lainnya dalam bahasa Madura.
Setelah ratusan tahun menetap, mereka berbanyak keturunan dan menyebar ke seluruh pulau Madura hingga Bawean.
Dalam hidup berkelompok, bangsa berkebudayaan Neolitik ini, disukung pada kesuburan tanah atau ekologi setempat.
Bahkan beberapaa jumlah kelompok mencapai ratusan orang.
Penyebaran mereka tetap terikat dalam satu bahasa yang sama.
Tulisan diatas dikutip dari berbagai referensi dengan narasi tak berbeda.